Scandal terbaru Aktris Berbakat CH.2

KASINO88

Segala hal baik menerpa Vanesa sekarang ini. sesudah kemenangannya di ajang penghargaan perfilman terbesar di negeri ini. poly media memberitakan penampilan cantiknya kemarin malam selain berita wacana kemenangannya serta filmnya.

Para seniman lain pun berbondong-bondong menyampaikan selamat lewat pesan singkat atau chat. ad interim orang-orang pada internet memujinya habis-habisan pada banyak sekali kolom komentar pada media sosialnya.

Baca carita selanjutnya di KASINO88

“Kau mengenal Fiara menggunakan baik? Semalam kau hingga ingin bergabung dengan beliau dan Aska di meja mereka,” kata Nolan sambil terus menyetir.

KASINO88

“saya mengidolakan Fiara, dia merupakan salah satu aktris terbaik negeri ini. Ya, dulu sebelum dia hiatus relatif lama hingga popularitasnya menurun,” jawab Vanesa yang sekarang duduk di jok depan pada samping pacarnya. “beliau perempuan yg hebat, lebih memilih fokus membesarkan anaknya daripada melanjutkan karirnya yg gemilang.”

“aku jua mengagumi Fiara, tapi Aska artinya idolaku. Aktor pria paling keren di layar lebar. Apa pun kiprah yang dia bawakan selalu mencuri perhatian primer, itu menghasilkan filmnya tampak selalu berkelas,” kentara Nolan dengan begitu semangat.

“Pantas saja kau sangat semangat saya ajak bertemu mereka, akan tetapi kenapa kau tidak mengatakan hal itu padanya?” tanya Vanesa dengan wajah tampak bingung.

Nolan menggeleng. “aku membuat malu.”

“Ya, payah!” sahut Vanesa seraya mendorong lengan Nolan menggunakan pelan.

“akan tetapi, aku ingin sekali suatu saat kita bisa seperti mereka berdua. Dikenang sebagai pasangan aktor serta aktris yang melegenda,” tutur Nolan menggunakan begitu optimis.

Vanesa mengangguk pelan dengan wajah yang kemudian berubah menjadi muram. “aku merasa berada pada atas angin kini ,” ujar Vanesa.

“Kau pantas menerima itu,” ucap Nolan yg tersenyum ke arah kekasihnya.

“Kita berdua hampir tidak pernah diberitakan negatif sang siapa pun,” kata Vanesa yg memandang Nolan dengan kerutan pada dahinya.

“Memangnya kau ingin?” tanya Nolan seraya menggeleng. “saya sebenarnya tidak peduli. berasal mungil aku sudah berada pada depan kamera. Walau aku sempat berhenti bertahun-tahun buat penekanan pada pendidikanku, tetapi aku pulang ke global ini. saya hanya melakukan apa yg saya senang dan relatif, saya tidak terlalu peduli pendapat orang.”

“konfiden? sepertinya kau selalu peduli dengan gadis-gadis remaja yg berkata bahwa kau sangat ganteng , seksi, serta mereka mau melakukan apa pun hanya buat mampu bertemu denganmu. Ya, melihat wajahmu,” ungkap Vanesa menggunakan aktualisasi diri kurang suka .

“Kau cemburu?” Nolan menyeringai.

“Jika iya, kau jua seharusnya cemburu menggunakan ribuan pria yg berkata ingin menikahiku,” jawab Vanesa dengan malas.

“tidak terlalu. aku lebih cemburu melihatmu menggunakan versus-lawan mainmu. namun, saya bisa mengendalikan rasa cemburuku. Itu resiko jadi seniman, kan? banyak orang yang memuja kita,” jawab Nolan seraya tertawa.

“Itu poinnya,” jawab Vanesa.

“Lagi juga, kau akan tetap menikahiku, kan?” tanya Nolan seraya menggerak-gerakkan alisnya.

Vanesa tidak menjawab pertanyaan Nolan. “saya hanya bosan dengan pujaan. saat memerankan seorang pelacur yg menerima begitu banyak kata-istilah kotor, aku mencicipi ada sisi lain berasal diriku.”

“Sisi lain? global lain? Masih global lain?” tanya Nolan yg tidak serius.

“aku hanya… lupakan,” ujar Vanesa yg kini memandangi sisi jalan dari jendela yang tertutup itu.

Nolan seakan tidak mengerti menggunakan apa yg terjadi dengan Vanesa. ia berargumen dalam benaknya. beliau tahu wanita itu rumit, tapi mencoba buat mengerti itu bukan hal yg galat.

Nolan beranggapan bahwa Vanesa artinya orang yg selalu peduli opini publik. sekarang semua orang memuja pasangannya itu serta menurutnya mungkin saja Vanesa berpikiran Jika suatu ketika semua orang mencacinya.

“Percayalah, entah kau dipuja atau dicaci, saya permanen akan ada pada sampingmu,” ucap Nolan yang menghasilkan Vanesa pribadi menoleh.

Itil V3
“seluruh pria akan mengatakan hal yg sama,” istilah Vanesa dengan malas.

“Syukurlah, itu berarti aku pria sejati,” jawab Nolan seraya tertawa.

“Dasar!” kata Vanesa yg kemudian menusuk pinggang Nolan menggunakan telunjuknya.

“Geli!”

“katanya pria sejati, begitu doang geli,” istilah Vanesa seraya tertawa.

Nolan eksklusif membalas perlakukan Vanesa dengan hal yg sama. sampai keduanya saling membalas dan tertawa di pada kendaraan beroda empat itu.


Vanesa melakukan banyak pose pada depan kamera pada dalam kafe yg digunakan sebagai daerah pemotretan. perempuan itu tampak sangat percaya diri menggunakan apa pun gaya serta pakaian yg dipakainya. beliau memang selalu tampil bagus, wajahnya begitu cerah bagaikan sosok yang selalu punya energi positif.

“Vanesa benar-benar sangat tepat di depan kamera,” ujar seseorang wanita dengan rambut sepanjang pundak yang dicat pirang di Nolan yg berdiri pada sampingnya.

“aku beruntung mendapatkannya,” sahut Nolan yang memakai kemeja hitam yg dua kancing atasnya dibuka itu.

“Ya, tapi aku risi di hubungan kalian,” istilah wanita berambut pirang itu menoleh ke arah Nolan.

“Apa yang membuat Kak Milan khawatir? saya sudah relatif dewasa buat mampu mengatur segalanya,” jawab Nolan di kakak perempuannya itu.

“Entahlah, aku hanya punya firasat aneh. Lupakan saja,” istilah Milan yg sepertinya tidak jadi mengatakan apa yg terdapat pada benaknya.

Nolan mengernyitkan dahi. “Percaya padaku, Kak. saya bisa menjaga diriku,” istilah Nolan seraya merangkul kakaknya.

Milan tersenyum mungil seraya menoleh ke arah Vanesa yang masih dalam sesi pemotretan. Ini adalah sesi pemotretan buat majalah menggunakan Milan sendiri menjadi ketua redaksinya.

paras Vanesa dan pialanya akan menjadi sampul majalah Generasi yang selalu mendukung hal-hal positif yang terjadi tidak hanya global hiburan, namun jua generasi belia di Indonesia.


Milan tengah memilih-milih foto sampel yg beredar pada atas meja. “Ini rupawan, kan?” tanyanya di Nolan dan Vanesa yg telah duduk di depannya.

“Iya, ini indah buat sampul,” jawab Vanesa seraya mengangguk.

“Vanesa dari mana saja sama, jadi saya tidak bisa memilih,” ujar Nolan seraya menoleh ke arah Vanesa.

“Sama apa maksudnya?” istilah Vanesa sambil melirik penuh selidik ke arah pacarnya.

“Sama cantiknya, sama apanya lagi, Sayang,” jawab Nolan seraya menyentuh dahi Vanesa dengan jari telunjuknya.

“Gombalin mulu, nikahin kapan?” sindir Milan seraya melirik ke arah Nolan.

“Kawin aja dulu,” kata Nolan menggunakan santai.

“Hush!” Vanesa langsung mencubit Nolan menggunakan keras.

Milan tertawa singkat sambil menggeleng.

“Kak, buat informasi terbaik untuk Vanesa. dia berhak menerima cinta asal publik,” ujar Nolan.

“Kak Milan berhak menghasilkan isu apa pun, kita tidak boleh memaksa,” sahut Vanesa seraya menekan dan mendorong pipi pacarnya itu dengan jari telunjuknya.

Milan tertawa singkat. “mirip apa yg Nolan katakan, kau berhak menerima cinta asal publik. Kau indah, bertalenta, dan kau juga punya attitude. Kombinasi terbaik buat role model masa sekarang,” puji Milan pada wanita yang 5 tahun lebih belia darinya itu.

Vanesa tersenyum kecil. “Kau terlalu memuji, Kak.”

“Kau pantas dipuji, Sayang,” sahut Nolan yg sekarang membalas perbuatan pacarnya menggunakan menekan ujung hidung Vanesa.
Milan mengecek arlojinya, sudah lewat berasal tengah malam. “usahakan kita segera balik . Kalian harus syuting lagi besok, kan?”

“saya akan mengantar Vanesa ke apartemennya,” ujar Nolan yg segera berdiri dan mengambil jas hitamnya yang ia taruh ke atas kursi.

“Segera balik setelah itu,” suruh Milan di adiknya.

“Kak Milan jangan terlalu khawatir denganku,” jawab Nolan yg sekarang mengambilkan tas tangan milik Vanesa pada meja.

“Siapa yg mengkhawatirkanmu lagi jikalau bukan aku ?” tanya Milan seraya menatap Nolan menggunakan senyum malas.

“Mungkin sepuluh juta pengikutnya pada Instagram, Kak,” sahut Vanesa seraya tertawa.

“Sepuluh koma lima,” ujar Nolan membenarkan.

“Iya, bawel!” sahut Vanesa.

“Vanesa. Selama kau selalu positif, aku akan selalu mendukungmu,” istilah Milan sambil mengusap lengan Vanesa.

“Kami akan selalu positif. Vanesa jua tidak akan terkena skandal kotor atau sejenisnya, ya kan?” tanya Nolan seraya melirik ke arah Vanesa.

Vanesa tampak terkejut, beliau mirip tidak suka mendengar istilah-kata Nolan. “Tentu saja.”

“Apalagi skandal yang pada-setting, menggelikan sekali,” ujar Nolan yg tertawa disusul Milan.

Vanesa ikut tertawa sebelum ketiganya keluar dari kafe. dia berada pada belakang Nolan dan Milan yg sedang mengobrol bersama. Bagi Vanesa, sosok Milan ialah saudara tertua yg baik, bahkan mungkin terlalu baik.

Vanesa seakan sebagai sosok yang selalu timbul di majalah Generasi, page web, dan akun-akun resmi lainnya milik majalah Generasi.

beliau seakan berpikir, apakah sosoknya terlalu putih hingga terus dikabarkan positif? Apakah warna hitam itu perlu untuk menghasilkan segalanya jadi abu-abu? Apa skandal itu perlu?

bersambung…

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*