Asisten ku sangat Sangean

CASINO69

cerita mesum ini adalah cerita seks yg bermula berasal pengalamanku sendiri, aku , Haryanto (nama samaran), dipanggil singkat Yanto. sesudah kerja dua tahun lebih, saya dipindahtugaskan ke kota B ini, tidak seramai kota besar asalku, akan tetapi relatif nyaman. saya dipinjamkan rumah abang perempuanku yang bertugas mendampingi suaminya di luar negeri. Sekaligus menjaga serta merawat rumahnya, ditemani seseorang mbok 1/2 tua yg menginap, dan tukang kebun harian yg pulang tengah hari. 2 bulan sudah aku tinggal pada tempat tinggal ini, biasa-biasa saja. Oya, rumah ini berlantai 2 menggunakan kamar tidur semuanya terdapat lima, 3 pada lantai bawah serta 2 di lantai atas. Lantai atas untuk famili kakakku, jadi saya menempati lantai bawah. pada samping kamar tidurku ada ruang kerja. saya biasa kerja disitu dengan seperangkat personal komputer , internet serta lain-lain. Suatu ketika, aku kedatangan seorang dokter giri, drg Retno, ditemani asistennya, Tina. Mereka mau mengkontrak satu kamar dan garasi untuk prakteknya. buat itu perlu direnovasi dulu. saya menghubungi kakakku melalui wahana komunikasi yg ada, minta persetujuan. beliau membolehkan sehabis tanya-tanya ini itu. Maka mulailah pekerjaan renovasi serta akan selesai 20 hari lagi. ad interim itu, drg Retno menugaskan Tina buat tinggal di kamar tidur yang dikontrak pula, disamping garasi yang hampir siap disulap jadi ruang praktek.

CASINO69

Baca carita Lainnya di CASINO69

Mulailah kisah 2 anak insan berlainan jenis dan tinggal serumah…. telah 2 minggu Tina tinggal pada tempat tinggal ini. dia umumnya membawa makan sendiri, seringkali aku ikut makan bersama dia kalau kebetulan masakan mbok dirasa kurang. Tina berlaku biasa saja mulanya, serta aku tidak berani lancang mendekatinya. Tina berperawakan hampir sama tinggi denganku, tidak gemuk namun tidak kurus. Selalu berpakaian tertutup sehingga saya tidak berhasil melihat bagian yg ingin kupandang. Wajahnya relatif anggun. Suatu hari, mbok minta ijin pulang kampung setelah bekerja 9 bulan lebih tanpa menengok anak cucunya. saya mengijinkan mbok kembali. Mbok akan minta tolong pembantu tetangga menyediakan kuliner untuk aku selama mbok kembali. Nah, pagi hari itu aku mengantar mbok ke setasiun bus dengan kendaraan beroda empat kantorku, baru kembali buat mengambil berkas serta berangkat lagi ke kantor. Tina pulang ke klinik dokter gigi Retno menggunakan motor, biasanya jam setengah delapan pagi sudah kabur dan kembali jam 5 atau enam petang, bergantung kepada banyaknya pasien. buat praktisnya, masing-masing membawa kunci rumah sendiri. Sore hari setelah mbok pergi itu suasana rumahku sepi. saya balik jam empat sore dan sempat melihat-lihat kebun dan mengambil daun-daun kering lalu membuangnya pada daerah sampah. Tina baru sampai pada rumah sekitar jam setengah enam, tanpa saya memahami. beliau ternyata ada di jendela memandangku bekerja pada kebun.

waktu surya sudah doyong ke Barat, aku baru melihat ke jendela dan nampak Tina tersenyum pada baliknya. Segera aku masuk tempat tinggal . “sudah lama engkau tiba, Tina?” dia mengangguk. “saya melihat kamu bekerja pada kebun, suatu pemandangan latif, 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 rajin bekerja keras… Kagum aku dibuatnya.” aku tertawa sendiri, lalu masuk kamar buat mandi. Kamar mandiku ada pada kamar tidur, jadi aku bebas berjalan telanjang masuk keluar atau dengan melilitkan handuk saja, seperti sore itu. Keluar kamar mandi, aku terkejut, sebab Tina terdapat dalam kamar tidurku. “aku masuk tanpa permisi, maaf ya, engkau murka ?” saya jawab, “ Ah tak, masak marah sih, disambut perempuan seksi serta manis…? saya mau tukar baju, engkau mau permanen pada sini atau…?” Tina tersipu. “Oh, mau buka handuk, gitu? saya tunggu di sofa, mau terdapat perlu sama engkau .” Tina keluar kamar. saya mengenakan kaos oblong dan celana boxerku, lalu menghampiri Tina pada sofa, duduk pada sebelahnya. beliau menjauh. “kamu sudah mandi, saya belum… nanti kamu nggak betah pada dekatku..” saya cuma senyum saja. “ada pelu bicara apa, Tina…?” beliau bimbang sebentar, lalu, “aku mau numpang mandi di kamar mandimu. ada shower air hangat kan? Water heater pada kamar mandiku rusak, mbok belum sempat panggil tukang…” sembari senyum, aku jawab, “Tentu, silahkan saja, akan tetapi pintu kamar mandi jangan dikunci, sulit membukanya.

damai, aku tidak akan mengintip engkau mandi, jangan takut…” Tina tertawa, “tidak ngintip tapi eksklusif melihat…? Mana ada 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27 membuang kesempatan.” saya memalukan mendengarnya. “Ah, engkau bisa saja…” itu jawabku sambil memegang bahunya. “Tuh, mulai ya,..?” ucapnya sambil setengah berlari masuk kamarnya merogoh handuk dan lain-lain. dua puluh mnt berlalu, Tina sudah pulang duduk disampingku. Bau wangi menyergap hidungku. “Eh, Yanto, mau nggak antar saya beli kacang panaskan atau goreng pada simpang jalan?” Segera aku mengiyakan. 5 menit lalu Tina dan aku sudah bergandengan tangan berjalan ke penjual kacang, sekitar 500 meter jauhnya. Sepulangnya, tangan Tina menggandeng lenganku dan aku sempat mencicipi buah dada kanannya menyentuh lengan kiriku. Serrr, darahku berdesir, jantungku berdegub kencang. ibu—mak pada warung dekat situ nyeletuk, “Wah bu dokter sudah punya calon suami… selamat ya?” Tina tertawa mungil. mak -mak itu telah akrab menggunakan Tina, mempersilahkan mampir buat suatu pertanyaan perihal kesehatan giginya. Sempat terdengar Tina melayani salahsatu berasal mereka sambil menyoroti lisan si pasien kampung itu menggunakan batere mungil, lalu menyuruhnya datang ke klinik besok pagi. semua pertanyaan dijawab menggunakan ramah. aku jadi kagum menggunakan keramahan Tina. Pantes kliniknya ramai setiap hari. balik tempat tinggal , aku dan Tina duduk pada seputar meja makan sembari menikmati kacang rebus serta goreng. sementara itu aku permanen mencuri-curi pandang wajahnya, atau turun ke dadanya.

tetap tidak kelihatan apapun. Tina seorang wanita yang tetap menjaga kesusilaan, pikirku. Jadi, apakah saya bisa menikmatinya, waduh, mengajaknya tidur bersama, pikiranku melayang ke arah hal-hal yang erotis. Tina menyudahi makan kacang karena kenyang, pungkasnya, lalu bangkit pulang ke kawasan sikat gigi (wastafel). saya merapikan meja makan, kemudian menyusul Tina buat sikat gigi pada sampingnya. Tanganku mulai nakal. saya nekad menyentuh bokongnya, meremas lalu merangkul pinggangnya. Tina seakan kaget, kemudian menepis tanganku sembari sedikit menatapku ad interim mulutnya masih penuh busa. Tina berkata, “Jangan mulai nakal… “ kemudian dia membalas mencubit bokongku dan meninju punggungku. “Nih, rasakan, ya…” dia mencubit berkali-kali dan meninju pula. lama -lama aku merasa sakit jua, lalu kutangkap tangannya serta kutarik tubuhnya mendekat, namun dia berontak dan lari ke sofa. terselesaikan sikat gigi, saya duduk disebelahnya. “engkau masih murka , Tina?” dia menutup matanya, kemudian… menubruk dadaku seraya menangis. aku heran sekali. “engkau ini…. kamu ini… bikin saya gemes! aku jadi nggak tahan lagi. Dadamu basah ya, dengan air mataku. Buka saja kaosmu…” saya berdasarkan, beliau pulang membenamkan wajahnya di dadaku, lidahnya menjilati putingku. Bibirnya menciumi dadaku ke kiri serta ke kanan samapi ke lipatan ketiakku.

waktu lidahnya mau menjilat ketiakku, segera kurapatkan sehingga dia gagal. Wajahnya nampak kecewa. Berbisik, “Kenapa? Nggak mau ya?” saya jawab, “Nanti kamu nggak tahan baunya, bau keringat 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27. Tina, saya terdapat permintaan…” Tina menjawab lirih, “Minta apa? “ Kujawab, “Mau nggak engkau tidur di kamarku bersama aku ?” Tina membisu saja, tidak mau menjawab. Wajahnya sudah ditarik menjauh. saya takut dia marah. kemudian berbisik, “jika aku bilang… tidak mau, kamu murka ?” saya jawab, “aku tetap membujuk hingga engkau mau. Sinar mata dan wajahmu mengatakan engkau mau…” tiba-datang Tina bangkit dan berjalan ke kamarnya. di pintu masuk kamar, dia memalingkan wajahnya kemudian menggapai saya supaya mendekat. aku segera bangkit, menuju kamarnya. “kamu saja yg tidur di sini, mau?” saya menggelengkan ketua. “Kamar mandi buat engkau kan ada pada kamar tidurku,mudah buat segala keperluan…” Tina tersenyum mengangguk. “kalau begitu, engkau tunggu di kamar, ya, nanti aku menyusul engkau .” Jantungku hampir berhenti berdetak mendengarnya. (Tina mau lho, tidur denganku…!) Segera aku berjalan ke kamarku, lalu merapikan ranjang, meletakkan dua handuk melintang di atasnya. tidak lupa mengoleskan krim tahan usang di ketua kemaluanku, kemudian menggunakan sarung sesudah melepaskan semua pakaian. Belum satu mnt, Tina sudah berdiri di depan pintu kamar.

Melihat saya menggunakan sarung, dia mengatakan, “engkau terdapat sarung lagi? aku ingin memakai. cita rasanya praktis ya?” aku mengangguk kemudian membuka lemari pakaian, mengambil sarung lagi, kuserahkan pada Tina. beliau membawa sarung itu masuk kamar mandi, melirik manis sambil berkata, “Jangan ikut masuk, ya?” aku tertawa saja, lalu berbaring bertelanjang dada hingga pinggang. Sarung itu menutup bagian bawah setelah pinggang. Tina keluar kamar mandi dengan sarung menutup bagian dada sampai pinggul. beliau meletakkan pakaiannya, termasuk BH dan celana pada kuning, di meja. dia melirik kemudian tersenyum, “Lihat BH serta celana dalamku? Nih, izin puas melihatnya.” beliau mendekati saya lalu memamerkan BH dan celana dalamnya ke dekat wajahku. saya mendekatkan hidungku pada celana dalamnya, tetapi menggunakan cepat beliau menariknya sembari tertawa. dua dtk kemudian, beliau merebahkan diri pada sebelahku. saya melihat wajahnya, berpandang-pandangan selama beberapa puluh dtk. Kudekatkan bibirku di pipi, dahi, kemudian… ke bibirnya. dia melumati bibirku, perlahan mulanya. kemudian perlahan membuka mulutnya, sehingga sekarang mulutku mampu mengisap mulutnya sembari bergoyang ke arah kiri ke kanan, lalu lidahku bertemu lidahnya. Tina menghembuskan napasnya mirip tersengal, lalu kembali mengisap mulutku bergantian. Lengannya merangkulku, dan kini , yah, benarlah, dadaku bersentuhan menggunakan butir dada Tina yg kencang mencuat serta berputing keras. dalam berahi yang makin membara, saya serta Tina sudah tak memikirkan apa-apa lagi.

3 gerakan cukuplah melepas sarung-sarung itu, sehingga tubuh Tina yg telanjang bulat telah nempel erat menggunakan tubuhku. beliau mendorongku sebagai akibatnya telungkup di atas tubuhku yg telentang, sembari terus mengisap serta mengisap dan mengisap lisan seraya bergoyang-goyang ke kiri kanan dan buah dadanya menekan menggeser-geser di dadaku. aku telah terbawa ke awan yg tinggi. Lenganku merangkul tubuhnya erat-erat, jembut Tina bergesekan menggunakan jembutku, aduh bukan main nafsuku berbaur menggunakan nafsu Tina. Kemaluanku yang telah keras itu bergesekan menggunakan bibir kemaluan Tina, pahanya bergerak-motilitas sebentar menjepit pahaku sebentar menindih dan entah gerakan apa lagi. Sebelas mnt lalu Tina melepaskan diri, mengangkat tubuhnya sambil memandangku. “Bagaimana cita rasanya, enak serta nikmat..?” aku jawab, “Bukan main… Tina, oh ina, buah dadamu.. padat mencuat, saya rasakan sekali. engkau merasa nggak… jembut kita beradu? Jembutmu yang lebat, menambah nikmatnya….” Belum sempat kalimatku terselesaikan, Tina telah menindihku lagi, kali ini beliau membuka lengannya sehingga lidahku bisa menjilat ketiaknya yang halus tidak berambut. Kuciumi ketiak Tina beberapa ketika, serta tubuhnya menggelinjang. “Ohh, Yan… Yanto… geli sekali cita rasanya…” aku pindah ke ketiak yang satu lagi, dan Tina pulang menggelinjang. “engkau doyan ya, menilat ketiak cewek?” Kujawab, “Ketiakmu harum serta indah bukan main. … Siapa bisa tahan membiarkan tidak dicium?” Kujilati terus kedua ketiaknya, serta Tina mengaduh-aduh penuh nikmat. Didadaku masih terasa butir dadanya menggeser-geser. Pinggulnya bergoyang terus, hingga suatu saat, beliau setengah berteriak, “Yanto… aku nggak tahan…. mari engkau pada atasku…” saya memutar tubuhku sehingga kini berada di atas tubuh Tina. kedua lengannya merangkul punggungku, “Duh,.. tubuhmu sungguh kekar… aku sangat menikmati…. Ohh….” sekarang aku menindih buah dadanya, sembari mulutku mengisap-isap serta isap mulutnya. lidah Tina masuk ke pada mulutku dan kuisap, alu giliran lidahku menelusuri mulutnya.

Tina mengggelinjang, kemudian membuka ke 2 pahanya. “masukkan kemaluanmu…. pelan-pelan ya, besar sekali kemaluanmu… ooohhh… sudah… sudah masuk semuanya… oohh nikmatnya… nikmatttt sekali…..” Pinggulnya bergoyang naik turun makin cepat seiring dengan gerakan naik turun pinggulku. Terasa kemaluanku dijepit serta disedot kemaluannya. saya mengeluh, “Tina, kemaluanmu sempit… duhh nikmatnya dijepit dan … disedot kemaluanmu… ooohhh Tina…” dia menjawab, “Yan… jangan keluar dulu ya…. saya masih ingin usang nih, menikmati … persetubuhan ini..” lalu menggelinjang hebat ke kiri ke kanan, mulutnya tertutup rapat dalam mulutku dan mengeluarkan suara lenguhan seseorang perempuan yg sedang penuh nikmat. Gerakan tubuhku serta Tina mengakibatkan suara kecupak-kecupak saat kemaluanku menembus jembut serta kemaluannya yg sudah basah. aku bertanya, “Tina, boleh kujilat jembutmu,…kemaluanmu….?” Segera dia menggelengkan kepala, meski mulutnya masih pada mulutku. “Jangan sekarang,… jangan dilepasss… nanti saja… oohh,… nikmatnya…” saya menggeserkan tubuh Tina kesamping, supayua dia tidak kepayahan menanggung beban tubuhku. dia berbaring disampingku sembari lidahnya terjulur minta diisap. “Tina,…. aku minta ludahmu…” dia menjulurkan lidahnya, kali ini penuh ludahnya. Segera kuisap dan kusedot mulutnya serta kuisap ludahnya seluruh. Tina menggelinjang. “engkau di bawah, mau…” saya menggeser balik , telentang di bawahnya. Tubuh Tina seluruhnya menindih tubuhku, buah dadanya pulang bergeser-geser.

Kemaluanku berhasil masuk dari bawah, dibantu tangan Tina. Tina mengdesah, “Ooohh… aduhhh… nikmatnya, aduuhh… kemaluanmu memenuhi…. Kemaluanku penuh kemaluanmu, ohhh… terus, Yanto, terus genjot dari bawah…. Oohh…. Ohhh, nikmat sekali, …. “Gerakan tubuh Tina dan saya makin cepat sampai, “ saya tidak…. tidak tahan lagi…. Mau keluar…. Oohhh… keluar… Yanto…! saya telah keluar…. teruskan, teruskan…. Masih nikmat…. Mau lagi.. Yanto…. Kemaluanmu… nikmat sekali….. adu jembut, nambah nikmat…. saya mau keluar lagiiiii…! Yanto, saya … nggak tahan, …keluar lagi, telah 2 kali… sekarang engkau dong, semprotkan manimu… ooohhh… ohh… terus Yanto, kamu wajib puasss…” aku beranjak terus, namun pengaruh krim tahan lama membuatku tidak mudah keluar. aku berbisik, sembari lidahku menjilati lehernya, “Tina, masih nikmat… atau mau ke kamar mandi dulu, lalu berbaring sembari istirahat 30 mnt serta ….. mulai babak ke 2…?” Tina berbisik mesra. “saya mau, Yanto, berkali-kali semalam suntuk bersetubuh dengan engkau …. kini ke kamar mandi dulu… “ beliau beringsut mau turun ranjang, tangannya menggapai tissue lalu mengelap kemaluannya. Llau berjalan beringsut sembari terus memegang tissue di kemaluannya. aku menyusul dia. Kemaluanku basah dengan air mani Tina, tetapi tidak sampai mengucur. di kamar mandi, Tina berbisik, “Yanto, engkau … hebat… menjadi 604dea25b3a655fe1ab94434fad99f27, bisa memuaskan saya berkali-kali.” saya menjawab, “Baru dua kali, Tina… “ dia tersenyum, berbisik, “Semalam suntuk mampu berapa kali, ya? aku kepningin terus, berahiku tidak…. tidak terbendung, sudah ditahan berhari-hari.

laba mbok pulang ya, jadi kita bebas ….” saya menunduk, kemudian kuserbu kemaluannya, kuciumi jembutnya, kujilati kemaluannya hingga dia pulang mengeluh nikmat. “Duhh, Yanto, … kamu merangsang lagi… ooh… ohh, saya terangsang… ayo kembali ranjang… akan tetapi, saya mau mengisap kemaluanmu dulu… waduh, telah tegang lagi…” Mulutnya mengulum, mengisap kemaluanku beberapa mnt. “Tinaaa…. sudah, telah, nanti aku crot pada mulutmu, saying sekali. Lebih nikmat crot pada dalam kemaluanmu…” Tina tertawa, “Nggak kuat ya? pakai krim lagi? izin kuat berjam-jam?” aku mengangguk kemudian memeluk tubuh Tina, buah dadanya pulang nempel dipinggangku. “Tina,… merasakan buah dadamu, benar-benar nikmat…” sampai di ranjang, balik dia menindihku. “engkau pada bawahku dulu ya… Eh, belum pakai krim?” aku beringsut ke meja kemudian mengoleskan krim pada ketua kemaluanku. “Nih, telah gunakan krim. tak takut crot dulu, sejam lagi cita rasanya.” kembali tubuhku ditindih Tina, mulutnya pulang menyeruput mulutku, butir dadanya bergerak ke kiri kanan di dadaku, aduh nikmat sekali. “kamu nafsu lagi, Tina?” beliau mengangguk, “Ya, kali ini hingga sejam baru aku keluar…. Ketiga keempat, kelima….” saya menikmati posisi begini (sebutannya Woman on top missionary sex) selama lebih kurang 25 mnt, terus menerus menyeruput lisan Tina, menelan ludahnya, merangkul erat tubuhnya, mencengkeram bokongnya yang aduhai, serta seterusnya.

Tina juga menikmati perannya, memandang wajahku dengan sayu, menjulurkan lidahnya, masuk ke mulutku seraya menelusuri semua rongga mulutku, mengisap, mengisap, menyedot, menyedot, terus menerus. Pinggulnya berkiprah ke arah kiri ke kanan, maka terasalah jembutnya bergesekan menggunakan jembutku, pahanya kadang-kadang menuruni pahaku agar kemaluanku bisa menggeser-geser kemaluannya yang sudah basah itu. setelah sekitar 25 mnt itu, Tina melenguh serta mendorongku supaya bergeser ke samping, kemudian berbisik, “kamu naik ke atas ya… saya telah nggak tahan, ingin dimasuki kemaluanmu…. yang usang dan pada,… jangan cepat-cepat, …. putar pinggulmu, nah gitu….ooh… nikmatnya, Yanto, terus… nikmatttt sekali…. Mauku sih yang usang,…. terus, … sekarang kemaluanmu… benamkan ke dalam kemaluanku, terus….. yg dalam… ohh, ohh, mmm… mmm…” Mulutnya kusedot sedot terus, dan dia membalas sedotanku, jadi cuma mampu mengeluarkan bunyi … mmm…. mmmm…. ahh… ahhh.. sementara dadaku menindih buah dadanya, sungguh nikmat sekali. butir dada yg mencuat dan kencang. Tiap lepria sempurna akan menikmatinya pada posisiku ini. saya sendiri mendesah kencang sambil menggerakkan pinggulku, naik turun serta putar-putar. “Tin… ooohh… jembut…. jembut kita…. beradu… nikmat sekali ya…?” Tina mendesah dalam mulutku, mmm… kemudian menjawab, “benar … jembut ketemu jembut…. dadamu menindih buah dadaku… nikmat sekali, Yantoooo… aku nggak tahan lagi… aku mau keluar lagi … Yantooo…. saya … keluar… crot crot…. Oohhh… nikmatnya….” Lengannya melingkari tubuhku menggunakan kencang. “Yanto,… tubuhmu… lezat sekali kurangkul… kekar, … begitu jantan… nikmat sekali.. jangan tanggal dulu ya…. teruskan, Yantoooo… aku masih bisa lagi, … “

aku gerakkan pinggulku naik turun terus, kurasakan batang kemaluanku disedot dan dijepit kemaluan Tina… Kemaluannya berkedut-kedut… laba saya gunakan krim tahan usang. Siapa sih bisa tahan kemaluannya dijepit serta disedot begitu. sekitar 12 menit, Tina balik mengeluh panjang pada mulutku, lalu pinggulnya mengejang keras dan … terasa lagi cairan hangat membasahi kemaluanku pada pada kemaluan Tina. dia terengah-engah, sembari mengisap mulutku beliau berbisik, “Yanto… saya sudah keluar… empat kali ya?” aku menjawab, “Ya, baru empat kali. Masih mau empat kali lagi hingga pagi?” Tina berbisik, “Istirahat dulu yuk, sesudah bersih-bersih pada kamar mandi. kamu hebat sekali, ya, belum keluar pula air manimu. Nanti saya mau mengisapnya ya, sisa -residu air manimu, dalam mulutku, jikalau sudah keluar dalam kemaluanku….” beliau menuntunku jalan ke kamar mandi sambil menempelkan butir dadanya pada sampingku… Perasaanku telah tidak karuan, lepria menghadapi perempuan yang nafsunya besar dan tidak bisa dibendung lagi. di kamar mandi, Tina mendekatkan wajahnya ke wajahku sembari menjilati pipi serta leherku. “Yanto…. kamu jantan tulen… aku ingin terus dipeluk serta diapakan saja hingga pagi… “ kemudian menyabuni kemaluannya serta mengusap kemaluanku, dan menyirami kemudian mengelap menggunakan handuk. Tina berbisik, “Mau kuisap… kemaluanmu?” aku menolak, takut ngecrot di kamar mandi, kemudian kepeluk beliau menuju ranjang lagi. kembali beliau telungkup di atas tuuhku, kemudian berbisik, “Mau main 69?” aku mau, kemudian dia menggeserkan tubuhnya, berbalik arah. butir dadanya menggeser pada dada dan perutku. Mulutku sekarang persis berhadapan menggunakan jembut serta kemaluannya, yg segera kujilat. Begitu jua beliau, mulutnya menelusuri biji kemaluanku, kemudian batangnya, serta menjilati kepalanya sebelum mengulum dengan penuh gairah.

beliau mendesah waktu mencicipi jembutnya kuciumi serta bibir kemaluan yang berwarna merah itu kujilati menggunakan sama gairahnya. Posisi ini berlangsung selama sekitar 10 mnt, waktu aku merasakan zenit kenikmatanku nyaris sampai, lalu kuminta dia balik arah lagi. pulang mulutku mengisap mulutnya, berbau jembut dan terasa agak asin. dengan gairah penuh beliau mengisap mulutku, menjulurkan lidahnya masuk keluar buat beradu dengan lidahku. butir dadanya berkecimpung kiri kanan pada dadaku, nikmat sekali cita rasanya. saya berjanji pada diriku sendiri tidak akan main menggunakan boneka seks lagi. Kalah nikmat dibandingkan tubuh Tina. Lenganku melingkari punggung Tina, bokongnya kucengkeram dan kuelus. Tina mengerang, “saya nafsu lagi, Yanto…. engkau begitu pinter… membangkitkan berahiku…” beliau mendorongku ke samping lalu menarik tubuhku sampai menindih tubuhnya. balik kutindih buah dadanya, begitu nikmat. Mulutku mengisap mulutnya, dan kemaluanku masuk ke dalam kemaluannya, jembutku bergesekan menggunakan jembutnya.

Pinggulku naik turun, perlahan lalu tambah kencang. Selang 5 mnt, Tina sudah kelojotan, mengerang dalam mulutku, lengannya mencengkeram punggungku, pinggulnya beranjak cepat naik turun dan kesamping, dan … Tina menjerit tertahan pada mulutku. Kemaluannya balik memuntahkan cairan hangat, kurasakan kemaluanku disiram cairan hangat. dia hingga puncaknya lagi. dalam kondisi mirip itu, dia tetap memeluk saya. “Yantooo… terus mari… saya masih bisa keluar lagi. Jangan lepas kemaluanmu, teruskan… 10 mnt lagi aku crot… kamu pula kan? aku mencicipi kemaluanmu sudah kedut-kedut. mari sama-sama keluar, biar puas bersama…mau?” saya mendesah sembari terus berkecimpung pelan, pinggulku naik turun. “kamu ini, Tina… anggun sekali… wajahmu bikin saya nafsu, butir dadamu bikin aku nggak tahan…. Tin, cita rasanya aku mau keluar nih, mana tahan sih, merasakan nikmatnya semua ini?” Tina senyum mendengar kata-kataku, lalu memandangku. “Aduhai, Yanto… engkau pemuda ganteng … jantan, … pintar membangkitkan nafsu wanita … yuk terus… aku mau nih…. ooh… nikmatnya…” Tubuh Tina menggelinjang dibawah tubuhku, mulutnya menyedot mulutku, menyedot terus… buah dadanya bergoyang ditindih dadaku. saya telah tidak tahan lagi. tadi lupa mengolesi krim tahan lama sekembali asal kamar mandi.

Tubuhku berkecimpung naik turun menggunakan cepat, mengeluarkan suara kresek-kresek serta kecupak-kecupak ketika mulutku mengisap mulutnya dan jembutku beradu dengan jembutnya. “Tina,… butir dadamu… bikin akau tidak tahannn… aku mau keluar nih…” Tina mendesah, “mari, terus…. aku pula mau keluar lagi… oohhh…. Yanto… mmm… ouww…. nikmat sekaliii…. “ aku hingga puncaknya. “Tinaaa…. aku keluar…. saya keluar… oohhh… nikmatnya butir dadamu, jembutmu, kemaluanmu… oouww…. “ Maka crot-crot-crotlah air maniku pada kemaluannya. aku ingat pesannya agar disisakan air mani buat masuk mulutnya. Kuarahkan kemaluanku ke mulutnya dan …. crot-crot lagi 2 tetes air mani pada lisan Tina. Beberapa mnt aku tergolek pada atas tubuh Tina, mengatur napas. Tina juga begitu. Tina puas empat kai rasanya, serta aku satu kali. beliau berkata sembari senyum manis, “Yanto, kita sama-sama keluar ya? Sama-sama puas? Besok malam mau lagi? Saban malam… aku ini perempuan penuh nafsu, ya? saya sayang kamu, bakal jadi cinta.” lalu berdua saya ke kamar mandi, membersihkan tubuh, kemudian tidur hingga subuh.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*